Festival Lampu Colok di Kabupaten Bengkalis
Lampu colok yang berbentuk masjid lengkap di Desa Simpang Ayam, Bengkalis. Foto: Jefry Al Malay/Riau Pos
Berita Terkait
BENGKALIS (RIAUPOS.CO) - Saban tahun saat malam ke 27 ramadan, pulau
Bengkalis terang benderang dengan cahaya lampu colok. Tradisi memasang
lampu colok ini sudah berlangsuhg sejak zaman berzaman, dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Walau zaman telah berubah, namun
tradisi menyambut malam tujuh likur di pulau ini masih terjaga dengan
baik.
Kelap-kelip cahaya lampu colok yang terpasang di setiap menara sangat mempesona. Beragam bentuk menara dibuat oleh masyarakat, ada berbentuk kubah masjid, gambar masjid, kaligrafi dan sebagainya. Keindahan kelap-kelip lampu yang dihembus pelan oleh angin semakin sedap di pandang mata.
Tradisi menyambut malam tujuh likuran ini memang sangat ditunggu oleh masyarakat. Sebelum malam tujuh likuran menjelang masyarakat khusus generasi muda bergotong royong, baik membuat lampu colok yang terbuat dari kaleng minuman bekas, maupun dari botol bekas.
Kegiatan ini dipandang positif karena bisa memupuk rasa kebersamaan dan bekerjasama antara sesama masyarakat serta membangun semangat gotong royong yang hari ini semakin tergerus dengan beragam alasan. Bagi Pemkab Bengkalis, tradisi membuat lampu colok ini sangat diapresiasi.
Dahulu, tradisi ini hanya ada di pulau Bengkalis, namun seiring perjalanan waktu sejumlah kabupaten/kota lainnya di Riau khususnya di daerah pesisir juga membuat tradisi serupa, hanya saja untuk keindahan dan keelokannya tidak sebanding dengan lampun colok yang ada di pulau Bengkalis.
Kegiatan ini sepertinya bisa dijadikan sebagai salah satu iven wisata di Riau dan dia memiliki keunikan tersendiri karena festival lampu colok ini tidak di buat di provinsi lain di Indonesia. Karenanya tradisi ini harus senantiasa dijaga dan dilestarikan dengan semangat kebersamaan, dukungan dari berbagai pihak terutama Pemprov Riau dan Pemkab Bengkalis sendiri sangat diperlukan.(gem)
Kelap-kelip cahaya lampu colok yang terpasang di setiap menara sangat mempesona. Beragam bentuk menara dibuat oleh masyarakat, ada berbentuk kubah masjid, gambar masjid, kaligrafi dan sebagainya. Keindahan kelap-kelip lampu yang dihembus pelan oleh angin semakin sedap di pandang mata.
Tradisi menyambut malam tujuh likuran ini memang sangat ditunggu oleh masyarakat. Sebelum malam tujuh likuran menjelang masyarakat khusus generasi muda bergotong royong, baik membuat lampu colok yang terbuat dari kaleng minuman bekas, maupun dari botol bekas.
Kegiatan ini dipandang positif karena bisa memupuk rasa kebersamaan dan bekerjasama antara sesama masyarakat serta membangun semangat gotong royong yang hari ini semakin tergerus dengan beragam alasan. Bagi Pemkab Bengkalis, tradisi membuat lampu colok ini sangat diapresiasi.
Dahulu, tradisi ini hanya ada di pulau Bengkalis, namun seiring perjalanan waktu sejumlah kabupaten/kota lainnya di Riau khususnya di daerah pesisir juga membuat tradisi serupa, hanya saja untuk keindahan dan keelokannya tidak sebanding dengan lampun colok yang ada di pulau Bengkalis.
Kegiatan ini sepertinya bisa dijadikan sebagai salah satu iven wisata di Riau dan dia memiliki keunikan tersendiri karena festival lampu colok ini tidak di buat di provinsi lain di Indonesia. Karenanya tradisi ini harus senantiasa dijaga dan dilestarikan dengan semangat kebersamaan, dukungan dari berbagai pihak terutama Pemprov Riau dan Pemkab Bengkalis sendiri sangat diperlukan.(gem)
0 Response to "Festival Lampu Colok di Kabupaten Bengkalis"
Posting Komentar